Rabu, 14 Desember 2011

MUSIK KLASIK UNTUK BAYI

Orang tua kadang menyalahkan guru, pergaulan di sekolah, dan lingkungan yang tidak beres, ketika menyadari anaknya menjadi bodoh, nakal, pemberang, atau bermasalah. Tiga faktor itu sebenarnya hanya berperan dalam proses perkembangan anak, sedangkan bakat anak itu menjadi bodoh, nakal, atau pemberang justru terletak dari bagaimana orang tua memberikan awal kehidupan si anak tersebut.

Seorang anak dapat dididik dan dirangsang kecerdasannya sejak masih dalam kandungan. Malah, sejak masih janin, orang tua dapat melihat perkembangan kecerdasan anaknya. Untuk bisa seperti itu, orang tua harus memperhatikan beberapa aspek, antara lain terpenuhinya kebutuhan biomedis, kasih sayang, dan stimulasi.
Bicara tentang kecerdasan, tentu saja tidak bisa lepas dari masalah kualitas otak, sedangkan kualitas otak itu dipengaruhi oleh sejumlah faktor.

Secara prinsip, perkembangan positif kecerdasan sejak dalam kandungan itu bisa terjadi dengan memperhatikan banyak hal:
  1. Kebutuhan-kebutuhan biologis (fisik) berupa nutrisi. Seorang ibu hamil, gizinya harus cukup/benar-benar terpenuhi (asupan protein, karbohidrat, dan mineralnya terpenuhi dengan baik). Bahkan sebenarnya kebutuhan nutrisi itu harus sudah dipenuhi sejak mulai mempersiapkan kehamilan, sehingga ketika hamil, dari segi fisik sudah siap dan proses kehamilan akan berlangsung optimal secara nutrisi. Selain itu, seorang ibu hamil tidak sedang menderita penyakit yang akan mengganggu pertumbuhan dan perkembangan anak dalam kandungannya
  2. Kebutuhan kasih sayang. Seorang ibu harus menerima kehamilan itu, dalam arti kehamilan yang benar-benar dikehendaki. Tanpa kasih sayang, tumbuh kembangnya bayi tidak akan optimal. Ibu hamil harus siap dan dapat menerima risiko dari kehamilannya. Penting untuk menciptakan kondisi yang kondusif untuk merangsang perkembangan bayi dalam kandungan. Selain itu, ada faktor psikologis ibu yang bisa memengaruhi perkembangan kecerdasan bayi, yaitu apakah si ibu hamil menikah secara resmi atau kawin lari, pernikahannya direstui atau tidak, dan apakah ada komitmen antara istri dan suami. Tanpa komitmen di antara keduanya, kehamilan itu bisa dianggap mengganggu. Juga harus ada support (dukungan) dari orangtua dan keluarga, sehingga seorang ibu dapat menerima kehamilannya dengan hati tenteram.
  3. Adanya perhatian penuh dari si ibu hamil terhadap kandungannya. Ia dapat memberikan rangsangan dan sentuhan secara sengaja kepada bayi dalam kandungannya, karena secara emosional akan terjadi kontak. Jika ibunya gembira dan senang, dalam darahnya akan melepaskan neo transmitter zat-zat rasa senang, sehingga bayi dalam kandungannya juga akan merasa senang. Sebaliknya, bila si ibu selalu merasa tertekan, terbebani, gelisah, dan stres, ia akan melepaskan zat-zat dalam darahnya yang mengandung rasa tidak nyaman tersebut, sehingga secara tidak sadar bayi akan terstimuli juga ikut gelisah. Yang paling baik adalah stimuli berupa suara-suara, elusan, dan nyanyian yang disukai si ibu. Hal ini akan merangsang bayi untuk ikut senang. Jika si ibu melakukan hal-hal yang tidak disukainya, itu sama saja memberikan rangsangan negatif pada bayi. Tapi, stimuli itu sendiri lebih efektif bila kehamilan sudah menginjak usia di atas enam bulan. Sebab, pada usia tersebut jaringan struktur otak pada bayi sudah mulai bisa berfungsi.
Untuk mendapatkan kondisi-kondisi itulah, seorang ibu hamil harus tetap menjaga nutrisi yang didapat dari makanan sehari-hari. Bahkan, perlu diimunisasi, misalnya dengan suntik TT. Lakukan juga konsultasi rutin dengan dokter secara berkala. Mula-mula sekali sebulan, dan pada bulan terakhir menjelang kelahiran (partus), diperketat menjadi tiga minggu sekali, lalu dua minggu sekali, dan bahkan mendekati partus menjadi setiap minggu.

Stimulasi positif memang dapat meningkatkan kecerdasan anak sejak dalam kandungan. Dari stimulasi ini, diharapkan ketika anak tumbuh, bukan hanya menjadi cerdas, melainkan dapat bersosialisasi dengan lingkungannya. Stimulasi menimbulkan kedekatan antara ibu dan anak. Bayi masih dalam kandungan bias distimuli dengan diperdengarkan music klasik, diajak berbicara, dan diberikan elusan penuh kasih sayang. Orang tua juga harus siap dan berusaha mengajarkan cara anaknya bersosialisasi dengan dunia luar ketika ia masih di dalam rahim.

Mengapa musik klasik? Musik klasik memiliki berbagai macam harmoni yang terdiri dari nada-nada. Nada-nada inilah yang memberikan stimulasi berupa gelombang alfa. Gelombang ini memberikan ketenangan, kenyamanan, dan ketenteraman, sehingga anak dapat lebih berkonsentrasi.
Menurut beberapa penelitian, musik klasik memang termasuk metode yang tepat. Anak menjadi siap menerima sesuatu yang baru dari lingkungannya.

Memang, tidak setiap ibu hamil menyukai musik klasik. Namun, kalau didengarkan secara berulang-ulang hingga hafal, akan terasa letak indahnya musik klasik ini. Keindahan dan ketenangan inilah yang membuat musik klasik itu istimewa.

Mungkin semua jenis musik, dari yang tradisional hingga modern, bisa pula dimanfaatkan untuk hal yang sama. Namun, hingga saat ini yang sudah diteliti dan menunjukkan hasil positif baru musik klasik, terutama karya Mozart. Jenis musik ini terbukti efektif dalam menstimulasi perkembangan otak belahan kanan dari janin.

Mendengar alunan musik yang tenang, jantung si janin berdenyut dengan tenang pula. Bahkan, setelah dilahirkan, mendengarkan musik klasik juga memberi pengaruh baik bagi si bayi. Sekadar contoh, seorang bayi berusia tiga bulan, yang sejak lahir sering diputarkan musik klasik, mampu menggerakkan badannya sesuai dengan iramanya. Jika irama makin cepat menuju klimaks, gerakan bayi lebih cepat dan aktif, dan ketika musik berhenti dia menunjukkan ketidaksenangan.

Tapi, jangan coba-coba memperdengarkan musik-musik keras kepada bayi dalam kandungan. Konon, justru menyebabkan timbulnya kebingungan pada si jabang bayi!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar